Dengan
Qonaah Hidup menjadi Kaya dan Sejahtera.
Hadirin
jama’ah kultum ramadhan rahimakumullah
Pada
kesempatan yang mulia, melalui mimbar kultum ini, saya berwasiat kepada diri
saya pribadi dan para jama’ah sekalian. Marilah kita terus menerus berusaha meningkatkan
kualitas kualitas keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Dengan
menunaikan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dan marilah
kita selalu meningkatkan kewaspadaan dalam kehidupan ini, agar kita tidak mudah
terpedaya oleh rayuan syetan dan bujukan nafsu yang akan menggelincirkan kita
dalam kehinaan dan kenistaan.
Setiap muslim seharusnya merasa puas dengan apa yang
dianugerahkan Allah SWT kepadanya, memutus harapan, dan berpaling dari apa yang
ada di tangan orang lain. Tidak menggebu-gebu dan besar kecintaannya untuk
bekerja mencari harta benda semata, tanpa mengenal waktu, tanpa
mempertimbangkan kehalalan dan keharamannya.
Ketika seorang muslim selalu merindukan dan mengharapkan
sesuatu yang lebih banyak dari itu serta selalu memperpanjangan angan-angannya,
maka ia tidak memiliki sifat qona’ah dan jiwanya terkotori oleh sifat rakus.
Kerakusan itu akan mendorong dan menyeretnya berprilaku jahat, berakhlak
tercela, melakukan kemunkaran, merobek-robek kehormatan dan kemuliaan. Manusia
keturunan Adam memang memiliki karakter rakus, tamak dan sedikit qona’ah.
Nabi
SAW bersabda :
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم لو كان لابن آدم واديان من ذهب لأحب أن
يكون له ثالث ولا يملأ فاه إلا التراب ويتوب الله على من تاب
“Seandainya
anak Adam memiliki dua lembah lading emas, tentu dia akan mencari yang ketiga,
dan tidak ada yang membuat penuh perut anak Adam, kecuali tanah (mati). Dan
Allah akan menerima taubat orang-orang yang benar-benar bertaubat”
Hadirin jama'ah kultum ramadhan rahimakumullah
Nabi Muhammad SAW memperingatkan kepada kita agar tidak
bersikap rakus dan tidak berlebihan dalam mencari harta, beliau bersabda :
“Perhatikanlah wahai manusia,
perindahlah cara kamu mencari harta, sesungguhnya seseorang tidak akan
mendapatkan sesuatu, kecuali apa yang telah ditentukan baginya. Tidaklah
seorang hamba pergi untuk mencari harta duniawi, melainkan ia hanya mendapatkan
apa yang telah ditentukan baginya. Sungguh dunia adalah sesuatu yang rendah
lagi hina.”
Qana’ah memang
merupakan sesuatu yang sangat berat untuk dilakukan, kecuali bagi siapa yang
diberikan taufik dan petunjuk serta dijaga oleh Allah dari keburukan jiwa,
kebakhilan dan ketamakannya. Karena manusia diciptakan dalam keadan memiliki
rasa cinta terhadap kepemilikan harta.
Namun meskipun
demikian kita dituntut untuk memerangi hawa nafsu supaya bisa menekan sifat
tamak dan membimbingnya menuju sikap zuhud dan qana’ah. Berikut ini beberapa
kiat menuju qana’ah yang jika kita laksanakan maka dengan izin Allah seseorang
akan dapat merealisasikannya. Di antaranya yaitu:
1. Memperkuat Keimanan kepada Allah
subhanahu wata’ala.
yaitu dengan membiasakan hati untuk menerima apa adanya dan merasa cukup
terhadap pemberian Allah subhanahu wata’ala, karena hakikat kaya itu ada di
dalam hati. Barangsiapa yang kaya hati maka dia mendapatkan nikmat kebahagiaan
dan kerelaan meskipun dia tidak mendapatkan makan di hari itu.
2. Yaqin bahwa Rizki Telah Tertulis.
Seorang muslim yakin bahwa rizkinya sudah tertulis sejak dirinya berada di
dalam kandungan ibunya. Sebagaimana di dalam hadits dari Ibnu Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu, disebutkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di
antaranya, “Kemudian Allah mengutus kepadanya (janin) seorang malaikat lalu
diperintahkan menulis empat kalimat (ketetapan), maka ditulislah rizkinya,
ajalnya, amalnya, celaka dan bahagianya.” (HR. al-Bukhari, Muslim dan Ahmad)
3. Ketahui Hikmah Perbedaan Rizki
Di antara hikmah Allah subhanahu wata’ala menentu kan perbedaan rizki dan
tingkatan seorang hamba dengan yang lainnya adalah supaya terjadi dinamika
kehidupan manusia di muka bumi, saling tukar manfaat, tumbuh aktivitas
perekonomian, serta agar antara satu dengan yang lainnya saling memberi kan
pelayanan dan jasa.
4. Menyadari bahwa Rizki Tidak Diukur dengan Kepandaian
Kita harus menyadari bahwa rizki seseorang itu tidak tergantung kepada
kecerdasan akal semata, kepada banyaknya aktivitas, keluasan ilmu, meskipun
dalam sebagiannya itu merupakan sebab rizki, namun bukan ukuran secara pasti.
Kesadaran tentang hal ini akan menjadikan seseorang bersikap qana’ah, terutama
ketika melihat orang yang lebih bodoh, pendidikannya lebih rendah dan tidak
berpengalaman mendapatkan rizki lebih banyak daripada dirinya, sehingga tidak
memunculkan sikap dengki dan iri.
5. Melihat ke Bawah dalam Hal Dunia
Dalam urusan dunia hendaklah kita melihat kepada orang yang lebih rendah, jangan
melihat kepada yang lebih tinggi, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam,
“Lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari kamu dan janganlah melihat
kepada orang yang lebih tinggi darimu. Yang demikian lebih layak agar kalian
tidak meremehkan nikmat Allah.”(HR.al-Bukhari dan Muslim)
Jika saat ini anda sedang sakit maka yakinlah bahwa selain anda masih ada lagi
lebih parah sakitnya. Jika anda merasa fakir maka tentu di sana masih ada orang
lain yang lebih fakir lagi, dan seterusnya. Jika anda melihat ada orang lain
yang mendapatkan harta dan kedudukannya lebih dari anda, padahal dia tidak
lebih pintar dan tidak lebih berilmu dibanding anda, maka mengapa anda tidak
ingat bahwa anda telah mendapatkan sesuatu yang tidak dia dapatkan?
6. Menyadari Beratnya Tanggung Jawab Harta
Bahwa harta akan mengakibatkan keburukan dan bencana bagi pemilik nya jika dia
tidak mendapatkan nya dengan cara yang baik serta tidak membelanjakannya dalam
hal yang baik pula.
Ketika seorang hamba ditanya tentang umur, badan, dan ilmunya maka hanya
ditanya dengan satu pertanyaan yakni untuk apa, namun tentang harta maka dia
dihisab dua kali, yakni dari mana memperoleh dan ke mana membelanjakannya. Hal
ini menunjukkan beratnya hisab orang yang diberi amanat harta yang banyak
sehingga dia harus dihisab lebih lama dibanding orang yang lebih sedikit
hartanya.